bannenr_c

Berita

Bagaimana pembangkit listrik fotovoltaik mengubah pola masyarakat?

Asia Tenggara telah berkomitmen untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025 seiring dengan meningkatnya permintaan energi.Pendekatan teknologi geospasial yang mengintegrasikan statistik, model spasial, data satelit pengamatan bumi dan pemodelan iklim dapat digunakan untuk melakukan analisis strategis guna memahami potensi dan efektivitas pengembangan energi terbarukan.Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan model spasial pertama di Asia Tenggara untuk pengembangan berbagai sumber energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan tenaga air, yang dibagi lagi menjadi kawasan pemukiman dan pertanian.Kebaruan penelitian ini terletak pada pengembangan model prioritas baru pengembangan energi terbarukan dengan mengintegrasikan analisis kesesuaian wilayah dan penilaian potensi volume energi.Wilayah dengan perkiraan potensi energi yang tinggi untuk ketiga kombinasi energi ini sebagian besar terletak di Asia Tenggara bagian utara.Daerah yang lebih dekat dengan garis khatulistiwa, kecuali wilayah selatan, memiliki potensi yang lebih kecil dibandingkan negara-negara di utara.Pembangunan pembangkit listrik tenaga surya fotovoltaik (PV) merupakan jenis energi yang paling banyak dipertimbangkan, membutuhkan 143.901.600 ha (61,71%), diikuti oleh tenaga angin (39.618.300 ha, 16,98%), gabungan tenaga surya dan angin (37.302.500 ha, 16 persen).), PLTA (7.665.200 ha, 3,28%), gabungan PLTA dan surya (3.792.500 ha, 1,62%), gabungan PLTA dan angin (582.700 ha, 0,25%).Kajian ini tepat waktu dan penting karena akan menjadi dasar kebijakan dan strategi regional untuk transisi ke energi terbarukan, dengan mempertimbangkan berbagai karakteristik yang ada di Asia Tenggara.
Sebagai bagian dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 7, banyak negara telah sepakat untuk meningkatkan dan mendistribusikan energi terbarukan, namun pada tahun 20201, energi terbarukan hanya akan menyumbang 11% dari total pasokan energi global2.Dengan permintaan energi global yang diperkirakan akan tumbuh sebesar 50% antara tahun 2018 dan 2050, strategi untuk meningkatkan jumlah energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi di masa depan menjadi lebih penting dari sebelumnya.Pesatnya pertumbuhan ekonomi dan populasi di Asia Tenggara selama beberapa dekade terakhir telah menyebabkan peningkatan tajam dalam permintaan energi.Sayangnya, bahan bakar fosil menyumbang lebih dari separuh pasokan energi di kawasan ini3.Negara-negara Asia Tenggara telah berjanji untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan sebesar 23% pada tahun 20254. Negara Asia Tenggara ini memiliki banyak sinar matahari sepanjang tahun, banyak pulau dan pegunungan, serta potensi energi terbarukan yang besar.Namun, permasalahan utama dalam pengembangan energi terbarukan adalah menemukan wilayah yang paling cocok untuk mengembangkan infrastruktur yang diperlukan untuk produksi listrik berkelanjutan5.Selain itu, memastikan harga listrik di berbagai daerah sesuai dengan tingkat harga listrik yang sesuai memerlukan kepastian peraturan, koordinasi politik dan administratif yang stabil, perencanaan yang matang, dan batasan lahan yang jelas.Sumber energi terbarukan strategis yang dikembangkan di kawasan ini dalam beberapa dekade terakhir meliputi tenaga surya, angin, dan air.Sumber-sumber ini sangat menjanjikan bagi pembangunan skala besar guna memenuhi tujuan energi terbarukan di kawasan4 dan menyediakan energi bagi daerah-daerah yang belum memiliki akses terhadap listrik6.Karena potensi dan keterbatasan pembangunan infrastruktur energi berkelanjutan di Asia Tenggara, diperlukan strategi untuk mengidentifikasi lokasi terbaik untuk pengembangan energi berkelanjutan di kawasan ini, yang ingin dikontribusikan oleh penelitian ini.
Penginderaan jauh yang dipadukan dengan analisis spasial banyak digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan dalam menentukan lokasi optimal infrastruktur energi terbarukan7,8,9.Misalnya, untuk menentukan wilayah matahari yang optimal, Lopez dkk.10 menggunakan produk penginderaan jauh MODIS untuk mensimulasikan radiasi matahari.Letu et al.11 memperkirakan radiasi permukaan matahari, awan dan aerosol dari pengukuran satelit Himawari-8.Selain itu, Principe dan Takeuchi12 menilai potensi energi fotovoltaik surya (PV) di kawasan Asia-Pasifik berdasarkan faktor meteorologi.Setelah menggunakan penginderaan jauh untuk menentukan wilayah potensi surya, maka dapat dipilih wilayah dengan nilai optimal tertinggi untuk membangun infrastruktur surya.Selain itu, analisis spasial dilakukan berdasarkan pendekatan multi-kriteria terkait lokasi sistem PV surya13,14,15.Untuk ladang angin, Blankenhorn dan Resch16 memperkirakan lokasi potensi tenaga angin di Jerman berdasarkan parameter seperti kecepatan angin, tutupan vegetasi, kemiringan, dan lokasi kawasan lindung.Sah dan Wijayatunga17 memodelkan wilayah potensial di Bali, Indonesia dengan mengintegrasikan kecepatan angin MODIS.


Waktu posting: 14 Juli-2023

Berhubungan

Hubungi kami dan kami akan memberikan Anda layanan dan jawaban paling profesional.